DEFINISINYA !
kemudian biloks Fe dapat dicari dengan :
Dalam reaksi redoks juga dikenal istilah reduktor dan oksidator :
Oksidasi :
- pelepasan elektron ( dalam reaksi elektron berada di ruas kanan )
- menangkap oksigen
- melepas Hidrogen
- Bilangan Oksidasi (Biloks)nya bertambah
Reduksi :
- penangkapan elektron (dalam reaksi elektron berada di ruas kiri )
- melepas oksigen
- menangkap Hidrogen
- Bilangan Oksidasi (Biloks)nya berkurang
Reaksi redoks adalah
reaksi yang mengalami dua peristiwa yaitu reduksi dan oksidasi (ada
perubahan Biloks satu atau lebih unsur yang bereaksi).
Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks yang hanya satu jenis unsur yang mengalami reduksi dan oksidasi.
Untuk menentukan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) tidak selalu menghitung nilai biloksnya karena kadang2 dapat ditentukan dengan cepat, sebagai contoh :
penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan oksigen. Fe2O3 menjadi Fe merupakan reaksi reduksi karena melepas oksigen. Sedangkan CO menjadi CO2 merupakan reaksi oksidasi karena jumlah oksigennya bertambah
penentu
reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan /pelepasan Hidrogen. Jika
jumlah Hidrogennya berkurang berarti oksidasi sedangkan jika bertambah
berarti reduksi.
penentuan reaksi
redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan elektron. Cuba
perhatikan muatan Cu, pada awalnya Cu biloksnya (bilangan oksidasinya) =
+2 kemudian berubah menjadi Cu yang biloksnya = 0 sehingga biloksnya
turun. Reaksi tersebut merupakan reaksi reduksi karena terjadi penurunan
bilangan oksidasi. Sedangkan Muatan Mg berubah dari mula2 biloksnya = 0
menjadi = +2 sehingga dapat digolongkan reaksi oksidasi.
Reaksi redoks di atas dapat dipisahkan menjadi 1/2 reaksi, yakni reaksi oksidasi dan reaksi reduksi sehingga pelepasan/penerimaan elektron akan terlihat.
Oksidasi : Mg ---> Mg+2 + 2e
Reduksi : Cu+2 + 2e ---> Cu
dalam reaksi tersebut terlihat bahwa Mg mengalami kenaikan muatan yang mula2 tidak bermuatan menjadi bermuatan +2. Muatan Mg bertambah +2 berarti Mg mengalami peristiwa pelepasan elektron sebanyak 2 buah. Pelepasan elektron dalam reaksi ditulis sebagai "e" yang artinya "elektron" yang bermuatan -1 dan ditulis di ruas kanan yang artinya elektron terlepas dari Mg. Sehingga muatan di ruas kiri dan kanan menjadi seimbang..... coba perhatikan... Mg di ruas kiri muatannya nol berarti total muatan di ruas kiri juga = 0 (nol).... sekarang Mg di ruas kanan muatannya +2 dan terdapat 2 elektron yang masing2 muatannya -1 sehingga total muatan di ruas kanan = (+2) + (2.-1) = 0 (nol). Pada Cu terjadi kebalikannya yaitu penangkapan elektron (e).
Pada Mg digolongkan sebagai reaksi oksidasi karena terjadi pelepasan elektron sedangkan Cu digolongkan sebagai reaksi reduksi karena terjadi penangkapan elektron. Pada reaksi total/gabungan reaksi oksidasi dan reduksi pelepasan/penerimaan elektron tidak akan terlihat karena jika digabung jumlah elektron di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. Jika ada unsur yang sama di ruas kiri dan kanan maka akan saling menghilangkan. Agar dapat menentukan suatu unsuk mengalami oksidasi/reduksi kita harus dapat menentukan bilangan oksidasi (biloks) dari unsur tersebut.
Unsur yang bilangan 0ksidasi (biloks)nya bertambah berarti mengalami reaksi oksidasi sedangkan unsur yang bilangan oksidasi (biloks)nya berkurang merupakan reaksi reduksi. Untuk menentukan biloks ada aturan/patokannya.
Reaksi redoks di atas dapat dipisahkan menjadi 1/2 reaksi, yakni reaksi oksidasi dan reaksi reduksi sehingga pelepasan/penerimaan elektron akan terlihat.
Oksidasi : Mg ---> Mg+2 + 2e
Reduksi : Cu+2 + 2e ---> Cu
dalam reaksi tersebut terlihat bahwa Mg mengalami kenaikan muatan yang mula2 tidak bermuatan menjadi bermuatan +2. Muatan Mg bertambah +2 berarti Mg mengalami peristiwa pelepasan elektron sebanyak 2 buah. Pelepasan elektron dalam reaksi ditulis sebagai "e" yang artinya "elektron" yang bermuatan -1 dan ditulis di ruas kanan yang artinya elektron terlepas dari Mg. Sehingga muatan di ruas kiri dan kanan menjadi seimbang..... coba perhatikan... Mg di ruas kiri muatannya nol berarti total muatan di ruas kiri juga = 0 (nol).... sekarang Mg di ruas kanan muatannya +2 dan terdapat 2 elektron yang masing2 muatannya -1 sehingga total muatan di ruas kanan = (+2) + (2.-1) = 0 (nol). Pada Cu terjadi kebalikannya yaitu penangkapan elektron (e).
Pada Mg digolongkan sebagai reaksi oksidasi karena terjadi pelepasan elektron sedangkan Cu digolongkan sebagai reaksi reduksi karena terjadi penangkapan elektron. Pada reaksi total/gabungan reaksi oksidasi dan reduksi pelepasan/penerimaan elektron tidak akan terlihat karena jika digabung jumlah elektron di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. Jika ada unsur yang sama di ruas kiri dan kanan maka akan saling menghilangkan. Agar dapat menentukan suatu unsuk mengalami oksidasi/reduksi kita harus dapat menentukan bilangan oksidasi (biloks) dari unsur tersebut.
Unsur yang bilangan 0ksidasi (biloks)nya bertambah berarti mengalami reaksi oksidasi sedangkan unsur yang bilangan oksidasi (biloks)nya berkurang merupakan reaksi reduksi. Untuk menentukan biloks ada aturan/patokannya.
PATOKAN penentuan Bilangan Oksidasi (Biloks)
- Biloks atom dalam unsur tunggal = 0 . Contoh Biloks Cu, Fe, H2, O2 dll = 0
- Golongan IA ( Li, Na, K, Rb, Cs dan Fr ) biloksnya selalu +1
- Golongan IIA ( Be, Mg, Ca, Sr dan Ba ) biloksnya selalu +2
- Biloks H dalam senyawa = +1, Contoh H2O, kecuali dalam senyawa hidrida Logam (Hidrogen yang berikatan dengan golongan IA atau IIA) Biloks H = -1, misalnya: NaH, CaH2 dll
- Biloks O dalam senyawa = -2, Contoh H2O, kecuali OF2 biloksnya = + 2 dan pada senyawa peroksida (H2O2, Na2O2, BaO2) biloksnya = -1 serta dalam senyawa superoksida, misal KO2 biloksnya = -1/2. untuk mempermudah tanpa banyak hafalan....bila atom O atau H berikatan dengan Logam IA atau IIA maka biloks logamnyalah yang ditentukan terlebih dahulu dan biloks O dan H nya yang menyesuaikan (besarnya dapat berubah - ubah)
- total Biloks dalam senyawa tidak bermuatan = 0, Contoh HNO3 : (Biloks H) + (Biloks N) + (3.Biloks O) = 0 maka dengan mengisi biloks H = +1 dan O = -2 diperoleh biloks N = +5
- Total BO dalam ion = muatan ion, Contoh SO4 2- = (Biloks S) + (4.Biloks O) = -2 maka dengan mengisi biloks O = -2 diperoleh biloks S = +6
selain hafalan di atas kita juga sebaiknya menghafal beberapa ion Poliatom yang sering keluar dalam soal sebab hafalan ion Poliatom tersebut juga diperlukan dalam menentukan harga biloks.
Tabel Ion Poliatom yang Penting :
misal : biloks Cu dalam CuSO4 dapat dihitung dengan (1 x biloks Cu) + (1 x biloks total ion SO4) = 0 maka dengan mengisi biloks ion SO4 = -2 diperoleh :
biloks Cu + (-2) = 0 ---> sehingga biloks Cu = +2
Contoh lainnya.... untuk menentukan biloks P dan Fe dalam Fe3(PO4)2 kita harus bentuk anion poliatomnya, yakni PO43- sehingga :
(1 x biloks P) + (4 x biloks O) = -3
(1 x biloks P) + (4 x biloks O) = -3
biloks P + (-8) = -3 sehingga biloks P = + 5
kemudian biloks Fe dapat dicari dengan :
(3 x biloks Fe) + (2 x muatan PO4) = 0
(3 x biloks Fe) + (-6) = 0
3 x biloks Fe = + 6 ---> sehingga biloks Fe = + 6/3 = +2
namun untuk mencari biloks salah satu unsur
saja.....sedangkan biloks unsur2 yang lainnya sudah diketahui (ada
hafalannya) maka biloks unsur tersebut dapat ditentukan secara langsung
tanpa harus menghafal muatan ion poliatomnya :
misalnya : Tentukan biloks Cr dalam H2Cr2O7...?
(2 x biloks H) + (2 x biloks Cr) + (7 x biloks 7) = 0
(2 x (+ 1)) + (2 x biloks Cr) + (7 x (-2)) = 0
(2 x biloks Cr) + (-12) = 0 ---> sehingga biloks Cr = +12/2 = +6
Dalam reaksi redoks juga dikenal istilah reduktor dan oksidator :
Reduktor zat yang mengalami oksidasi (Biloks naik)
Oksidator zat yang mengalami reduksi (Biloks turun)